langit
hari ini gelap, tidak nampak bintang sama sekali tapi banyak kendaraan berlalu
lalang disekitar daerah pinggiran kota. Perkenalkan aku seorang mahasiswa
profesi yang sedang galau, tidak tahu harus berbuat apa. Kata orang menjadi
dokter itu enak, kata orang menjadi dokter itu hebat, tapi apalah arti seorang
aku yang tidak memiliki cita cita dan tersesat di jurusan kedokteran gigi. Jika
orang beranggapan aku meremehkan bukan itu maksudku, tapi aku hanya ingin mencurahkan
cerita yang mungkin bisa menjadi pelajaran buat yang membaca tulisan amatir
ini. Aku ingin bercerita saja apa yang aku alami, karena aku tak pandai
berdongeng meskipun aku senang berfantasi berkhayal memikirkan sesuatu yang
tidak bisa dinalar tapi aku tidak pandai menuangkannya dalam cerita.
Kamis, 23 Juni 2016
Rabu, 02 Maret 2016
Sering kali ku dapati pemandangan seorang bapak bapak yang sudah renta, seakan badannya sudah tidak mampu berlaru kencang tetap memikil beban berat di pundaknya membawa barang jualan. Pundaknya bukanlah pundak yang kokoh seperti manusia jaman sekarang. Pikiran ku selalu meneriakkan kata "bapak" seakan ingin meneteskan air mata setiap melihat langkah seorang bapak berjuang mendapatkan penghasilan, aku tidak tahu di rumah sudah ada berapa anak yang menunggu dan istri yang berusaha mengatur keuangan keluarga untuk makan dan kebutuhan anaknya sekolah, semoga anak anaknya masih melanjutkan pendidika terus hingga jenjang yg tinggi. Aku sangat tidak setuju bila ada seorang memandang remeh suatu pekerjaan. Apalah arti PNS bila dia tidak bekerja sepenuh hati. Pedagang bukanlah suatu pekerjaan biasa. Sampai ada yang bilang sekolah tinggi tinggi kok cuma dagang, hello... Emangnya salah? Kalau menurutku sah sah saja. Mending menjadi pedagang daripada bekerja untuk diatur bahasa alusnya babu yang tidak terlihat. Paling tidak suka jika ada orang memandang rendah pekerjaan orang lain. Seperti juru parkir, kalian bisa apa tanpa juru parkir? Aku yakin yg ada kalian akan saling hantam sana sini karena kendaraan yg menumpuk tidak rapi, penjual korang atau asongan? Justru tanpa mereka kalian tidak akan mendapatkan koran di lampu merah, korek api ketika membutuhkan di tengah jalan kemudian ga sengaja berpapasan dengan pedagang.
Dewasa ini banyak masyarakat mulai meninggalkan pasar traditional, semua berlagak seperti dunia barat, berlomba lomba belanja di supermarket dan swalayan sampai mengemis sebuah diskon karena gengsi menawar. Coba pandang dan renunglan lagi apakah kita lebih baik daripada orang lain, yang pasti jawabanku adalah tidak. Karena apa, karena kita masih menjadi seorang memiliki jiwa babu dan pengikut dunia barat. Sudah selayaknya dan seharusnya serta wajib kita bangga dengan negara kita sendiri, hasil olahan kita sendiri, orang orang kita sendiri. Bukan malah menjatuhkan yang baik menganggkat orang orang yang tidak bisa menghargai sejarah bangsanya sendiri hanya untuk memuaskan perut sendiri. Apalah arti sebuah merk, lihatlah prosesnya. Siapa yang bekerja dibalik itu semua? Siapa yang dipekerjakan didunia perbabuan global ini? Sadarlah wahai orang orang yang masih tertutup mata dan hatinya oleh silaunya dunia kebarat baratan. Mematokkan kehidupan dengan mengikuti cara mereka. Berfikirlah kreatif, ciptakan sendiri!
Kenapa harus menyenangkan diri sendiri kalau berbagi itu jaih lebih menyenangkan. Entah berbagi apapun itu. Berbagi perkerjaan bukan membabukan saudara sendiri.
Maafkan kata kata ku malam ini sedikit nglindur, karena terbawa emosi. Ada orang yang bangga tergadap profesinya padahal menduduki profesi itu dengan membayar uang yang tak sedikit eh ga sadar dia tak lebih dari seorang babu. Uang bangga karena keperkasaannya karena badan dan kekuasaan tapi tidak memiliki hati karena dalam pikirannya hanya materi yang diraih. Tidak memberi contoh yang layak sama sekali. Perlu sekali diperbaiki..suatu saat pasti akan ada peruvahan untuk orang orang yang percaya kalau perubahan lebih baik itu pasti terjadi. Marilah kita bersa sama berdoa dan berkeyakina pasti. Dan tentunya kita yang berusaha sebagai generasi penerus bangsa. Melindungi para orang tua dan prang yang lebih tua dari kita yang patut dilindungi serta disejahterakan.
Jogja, dini hari di hari senin
Tidak bisa tidur karena kesepian
Selasa, 24 November 2015
Everything I need I get from you,
You give it back cause I want it too
I want to built you boat,
One as strong as you are free,
So anytime you think that your heart is
gonna sink,
You know it won’t
I want to built you a boat
1D- I Want to write You a song
Masih pukul lima tapi cahaya fajar sudah memasuki sela sela
jendelaku yang tertutup tirai. Mata ini masih terpejam akan tetapi telingaku
sayup sayup mendengarkan irama lagu, membuat bibirku bergerak menyanyikan lagu
tersebut. Kemudian perlahan kubuka mata dan semua bayangan yang membuatku patah
arang terlintas tanpa jeda. Aku bangkit dengan lemas, beginilah kalau habis
sholat subuh tidur lagi, seakan semua kesedihan mendatangi tak hanya itu
penyesalan yang bertubi tubi pun datang. Ada satu hal yang tidak bisa
dihindari, segala hal negative mulai merasuki. Segera aku buka lebar pintu dan
jendela kamar. Kubiarkan aroma pagi memasuki kamarku, lalu ku berjalan keluar
kos menuju sawah pematang di depan kos. Hmmmm....cobalah kau tarik nafas
sedalam dalamnya kemudian tahan dan rasakan kesegaran aroma dari parfum tanaman
padi yang ditanam dengan keringat harapan, dibarengi dengan hembusan angin
kecil melewati seluruh badanmu dan beberapa menembus pakaianmu menyenggol
pori-pori tubuhmu. Sejuk! Sekarang hembuskan perlahan sembari membuang semua
kesedihan dan kekecewaan yang mendatangi. Buang semua sampai habis dalam satu
kali hembusan. Hirup lagi udara pagi yang berisi hal hal positif, seperti
semangat, rasa sayang, senyum, pantang menyerah. Tahan dan biarkan semua hal
positif itu mengisi ruang kosong pada hati mu yang telah kau buang habis. Bayangkan
hal positif itu adalah sebuah virus baik yang menyatu dengan DNA mu membentuk
suatu mutasi gen yang terakit indah, bahwa kau selalu memiliki sisi positif. Hembuskan
nafas sebagai tanda aku siap menjalani hari ini. Ulangi saja kalau merasa belum
puas.
Minggu, 15 November 2015
Secangkir kopi pahit dicampur gula dan krimer, rasanya menjadi lebih manis tersaji di meja belajar pagi ini. Masih panas tapi aromanya menumbuhkan hasrat ini menyruputnya, tak kuasa menahan. Meja belajar yang terletak tepat di depan jendela menampakan view hamparan sawah yang luas, berharap sawah itu nasibnya tidak seperti sawah sawah yang lain harus tergusur menjadi perumahan elit. Angin yang berhembus melalui jendela itu sungguh terasa kesegarannya, wuss setiap datang angin raga terasa seperti mendapatkan energi. Rangkaian kata berusaha tersusun menjadi kalimat dan kalimat menjadi paragraf tetapi kepala terlalu penuh dengan bermacam macam masalah yang membuatnya tidak bisa menyusun paragraf dalam satu jalan yang searah. Setiap kalimat "jadi, aku harus memulao dari mana?" Selalu jawaban yang didapat adalah "kamu yang tau harus bagaimana, bukan orang lain" dan keinginanpun kian menumpuk tanpa solusi pasti.
Seperti halnya pagi ini, aku ingin menyelesaikan tumpukan materi untuk belajar akan tetapi hingga pukul 7 pagi ini belum selembar sudah mengalami pemotongan pikiran karena memikirkan hal lain. Belajar menurutku memang harus mematikan koneksi dengan sosial media, terkadang aku sendiri juga heran padahal sering aku bertemu dengan teman-teman di kampus tapi kenapa masih saja tertarik mengobrol lewat media chatting? Terkadang stalking pun juga dilakukan dan membuat lupa waktu, bukan cuma terkadang tapi sering. Stalking dapat menumbuhkan ide segar akan tetapi yang disayangkan adalah ketika kita tidak bisa merealisasikan ide kita, ibarat kebelet boker tapi tertahan tidak bisa keluar, sakit. Dan hal buruk yang terjadi ketika kita stalking ternyata malah muncul perasaan iri, itu sangat tidak enak ibarat udah tidak bisa beol tidak bisa kentut pula ya sudah masuk rumah sakit deh tu.
Aku ingin membuat fungsi blog ini menjadi bermanfaat jadi supaya aku ga cuma iri karena orang lain berilmu tapi bisa dibagikan ke orang lain, sedangkan aku cuma mengemis ilmu tapi ga diralisasikan ke dalam kehidupan kan ibarat kopi yang dibeli mahal malah dibiarkan tidak diminum. Dari dulu niatan itu datang tapi selalu terhalang oleh waktu, sarana dan rasa malas. Semoga setelah ini bisa menjadi kebiasaan untuk belajar berbagi pengalaman, mengajak orang, syukur syukur bisa menumbuhkan relasi dengan orang baru karena aku percaya keberuntungan itu akan datang bila kita memiliki banyak teman dan cara memiliki banyak teman adalah dengan berbuat baik kada seeeemmuuuua orang. Ada rasa penyesalan ketika dulu aku tidak begitu aktif mengikuti organisasi bermacam macam yang disediakan, karena aku sibuk bermalasan di rumah untuk maen game, nonton tv dan sekarang aku bosan melakukan hal tersebut. Memulai hal baru itu butuh kenekatan, karena seringkali rasa malas yang sudah mendarah daging ini membisikkan kata kata busuk untuk beranjak meninggalkannya dan akhirnya terbuai lagi dan tidak jadi memulai lagi. Sedikit demi sedikit harus dimulai dari menulis pengalaman hingga akhirnya bisa berbagi pengetahuan syukur syukur bisa membantu orang lain. Perlu juga dilakuan pemberian sanksi mungkin apabila ketidak teraturan tidak dijalankan. Semisal tidak belajar berarti sanksinya membayar denda 5000 ke tabungan, hahahaha.... Ide yang muncul ketika membaca sebuah buku tentang motivasi, sudah banyak tapi banyak juga yang tidak terlaksanakan dari motivasi-mtivasi yang terbaca, hanya terbaca tidak nyangkut dikepala. Dengaan BISMILLAH semoga mulai setiap tulisan bisa menjadi pengalaman, must be study! Apapun harus dipelajari, mungkin tidak harus menjadi yang TERbaik setidaknya harus selalu berbuat sebaik-baiknya. Terima kasih kalimat kalimat yang membangunkan semangatku pagi ini.
Desa Keras, sudah mulai siang dan butuh sarapan.
Sabtu, 16 Mei 2015
Sudah dua hari saya berada di rumah, karena meliburkan diri dari rutinitas setiap hari. Ya... koas, sebagai mahasiswa koas di sebuah universitas swasta terkadang membuat saya agak merasa njegleg menjadi orang. Saya adalah seorang perempuan yang berasal dari desa di salah satu kabupaten kecil yang tidak begitu terkenal di provinsi jawa timur, ngawi. Tidak semua orang tau asal saya dan tidak banyak yang ingin tau juga karena belum ada kesan menarik yang membuat orang melirik daerah asal saya ini, meskipun begitu saya tetap akan bangga menyebut nama ngawi bila ada yang tanya saya berasal dari mana. Saya lahir disana dan tumbuh besar di sebuah desa yang bernama gelung. Saya tidak tahu asal muasal nama desa saya ini tapi saya merasa ingay suatu benda kalau menyebut tempat tinggal saya itu. Gelung yang saya tau adalah rambut yang dipuntir-puntir terus diikat diatas kepala jadi seolah dikepala itu ada cempolnya *halah bahasa apa pula itu, hahahahaha. Pagi ini saya ingin bercerita tentang kenjeglegan yang saya alami. Mungkin banyak kata ibarat curhat, tapi semoga kita bisa sama-sama belajar. Saya menulis belum berarti saya sudah melakukannya, karena saya tau saya juga sedang berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dari kemarin, yang saya tahu kalau kemarin itu saya adalah buruk dan saya sedang menungkatkan ke level sedang. Gejolak anak muda seperti saya ini memang masih tinggi, masih belum sadar diri, terbawa ego dan mudah dikendalikan hawa nafsu. Kemarin saya sempat ikut suatu kelas yang diadakan perkumpulan akademian di kota pelajar ini. Kelas yang membahas tentang hidup sederhana oleh seorang lulusan psikologi dari universitas ternama di kota pelajar ini. Saya tertarik dengan materinya tapi saya gagal fokus karena saya melihat leptop yang dimiliki pengisinya adalah macbook, yang garis besarnya saya pengen itu. Hahahaha.... dari materi materi yang disampaikan sebenarnya cara menjadi sederhana itu ya sederhana saja, terutama buat saya yang orang desa mungkin itu bukan trik khusus tp saya akui saya hampir melupakan rasanya menjadi sederhana karena terlalu terbawa suasana di dunia perkoasan.
Koas adalah suatu kegiatan klinik yang saya lakukan pasca menjadi sarjana kedokteran gigi, dan ini terus saya jalani agar bisa mendapatkan gelar dokter gigi. Bukan hal yang gampang menjalani ini karena saya menyadari akhir akhir ini kalau ternyata saya terlena dan terbawa arus menikmati koas dengan hidup santai tapi menghamburkan uang orang tua. Saya tersadar ketika saya berbincang-bincang dengan seorang teman seangkatan saya yang sangat ingin segera lulus koas kemudian sumpah dan keluar dari instansi yang sekarang saya hidup di dalamnya itu. Dia sangat berambisius untuk jalan dengan cepat bahkan hampir berlari menurut saya karena rasa tidak nyamannya, kemudian saya bercermin pada diri saya sendiri. Saya mengatakan saya tidak betah disini tapi kenapa saya menikmatinya? Itu menjadi pertanyaan besar dalam hati saya. Dan suatu pagi saat saya berada di rumah saya duduk termenung di teras rumah melihat jalan depan rumah saya, kebanyakn yang lewat adalah sepeda, motor dan masih banyak yang berjalan kaki, mobil adalah jarang sekali terlintas. Lalu saya kembalikan pada saat saya di jogja, bagaimana rasanya mancet dan kendaraan bermotor lebih banyak, sepedapun hampir punah sepertinya. Ini saja sudah menunjukkan kesederhanaan yang hampir saya lupakan. Di kota saya sampai mendatangin sebuah kelas untuk mencari kesederhanaan supaya apa yang saya miliki bisa tertata, kembali ke desa semua tertata secara otomatis karena kesederhanaan memang sudah ada tanpa dicari. Sederhana itu ya sederhana, dan sederhana itu membuat bahagia. Hati saya benar-benar berbeda ketika ada disini dan disana. Tidak ada yang saya iri kan disini, bahkan rasa syukur tak kurang untuk selalu saya ingat. Alangkah berbedanya dengan apa yang terjadi pada diri saya ketika saya berada di kota besar. Sedikit yang saya mengerti tentang arti sederhana sebenarnya karena terkadang saya berfikir sederhana atau ngirit atau prehatin itu nyrempet bisa dikatakan sama dalam suatu kondisi. Kalau kata bapak saya sih sebenarnya ga ada bedanya di desa dan di kota, tapi karena intensitas orang yang nrimo di desa itu lebih banyak daripada di kota jadi terlihatlah persaingan materi di perkotaan. Pada bab "bahagia itu sederhana" yang saya ikuti di ceritakan tentang kebahagian seorang nelayan dan seorang mahasiswa yang berambisi, tapi karena nelayan menerima kebahagiaan dengan kesederhanaan tanpa materi berlimpah ruah. Berbeda dengan orang yang sudah terlanjur terbawa nafsu hati nya, mereka yang berfikir materi yang membawa kebahagiaan tak bisa disalahkan secara langsung karena hati yang berbahagia dengan kedatangan nafsu maka akan memenuhi keinginan nafsu seperti halnya orang jatuh cinta.
Saya ingin kita sama sama belajar hidup sederhana di realita kehidupan kota yang penuh glamoritas. Ini mungkin beberapa tips yang saya rangkum dan SEDANG saya usahakan untuk lakukan, jadi belum selesai saya lakukan, karena belajar itu tidak akan pernah ada habisnya apalagi mempelajari hidup.
- Niat untuk berubah
- Berusaha bangun pagi. Stel alarm sepagi mungkin, karena biasanya orang mulai menata semuanya di pagi hari. Saat bangun cobalah untuk bersyukur, mengingat nikmat yang kita dapat kemarin dan hari ini masih diberi hidup. Pikirkan orang orang yang kita sayangi dan rencanakan apa yang akan kita lakukan untuk mereka. Saya akan memberikan sesuatu kepada orang yang saya sayangi tanpa menggunakan materi. Tariiiiikk nafas panjang.... hembuskan dan mulai berfikir untuk itu.
- Berdoa atau langsung bisa dengan sholat subuh.
- Olahraga. Bisa dengan jalan santai keliling kompleks atau sepedahan. Nah disaat seperti ini kita harus menggunakan energi positive kita. Kita sapa setiap orang yang kita temui dan beri senyum paling ikhlas kita. Menurutku disinilah kita harus melakukan observasi terhadap apa yang kita lihat. Bagaimana kebahagiaan-kebahagiaan yang muncul dari raut wajah orang yang kita temui. Saya paling suka hal ini.
- Sarapan. Bukan sekedar sarapan, tapi harus berdoa sebelum makan berterima kasih karena kita diberi rezeki untuk bisa membuat badan kita, bersyukur setelah makan karena kita masih bisa merawat badan dengan makan SECUKUPNYA. Saran saya kita harus sarapan supaya mencegah nanti diajak makan mahal oleh teman mungkin. Kalau tidak rajin-rajinlah puasa supaya bisa semakin merasakan rasa syukur. Lebih mendekatkan diri dengn tuhan tentunya.
- Jika ada uang sisa beri rezeki orang-orang yang berusaha memperjuangkan hidupnya dengan berjualan.
Itulah rutinitas pagi yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan semangat sederhana. Life is simple if we thinking simple too. Happiness is simple with simple life :))
Langganan:
Postingan (Atom)